Jakarta, Prosedur bayi tabung bisa dikatakan salah satu terobosan luar biasa dalam dunia kesehatan. Namun karena sifatnya yang tidak alami, tentu saja bayi yang dihasilkan dari prosedur ini juga rentan mengalami gangguan kesehatan. Hal ini diungkapkan sebuah studi baru dari Denmark.
Bayi Tabung Animasi |
Bayi Tabung |
Setelah me-review 25 studi yang berasal dari 12 negara maju, termasuk AS, Inggris, Denmark, Prancis dan Israel yang berlangsung antara tahun 1990-2010, peneliti menemukan sepertiga atau 33 persen anak yang terlahir berkat program in vitro fertilisation (IVF) alias bayi tabung ini berisiko lebih besar terkena kanker anak dibandingkan bayi yang lahir normal.
65 persen di antaranya cenderung mengidap leukemia atau kanker darah dan 88 persen bayi tabung mudah terkena kanker otak dan kanker pada sistem saraf pusatnya.
"Hasil dari meta-analisis yang kami lakukan mengindikasikan adanya kaitan antara terapi kesuburan dengan risiko kanker pada anak hasil program bayi tabung," ungkap peneliti Dr Marie Hargreave dari pusat riset Danish Cancer Society, Copenhagen seperti dilansir Daily Mail, Selasa (8/10/2013).
"Kami sebenarnya belum mengetahui asal-muasal kanker pada anak-anak ini, tapi kami menduga terapi kesuburan memainkan peranan penting di dalamnya," tambahnya.
Peneliti menduga risiko ini dipicu oleh sejumlah aspek dari terapi kesuburan, misalnya dari paparan hormon, preparasi sperma, embrio yang dibekukan, kondisi embrio saat sedang berkembang hingga inseminasi (pembuahan) yang tertunda.
Namun dugaan terbesar peneliti terletak pada penggunaan obat anti-estrogen yang berfungsi merangsang ovulasi dan kerap digunakan dalam prosedur bayi tabung yang hampir serupa dengan diethylstilbestrol, obat yang diberikan pada wanita hamil untuk menghentikan komplikasi karena obat ini diketahui memiliki keterkaitan dengan kanker anak.Sumber
0 komentar:
Posting Komentar