Kamis, 07 November 2013

Plasenta Previa

Posted by Admin On 23.29

 Plasenta Previa
1. Pengertian
      Menurut Wiknjosastro (2002), Placenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Manuaba (1998) mengemukakan bahwa plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di sekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum (Saifuddin, 2002).
2. Klasifikasi Plasenta Previa
           Menurut Manuaba (1998), klasifikasi plasenta previa secara teoritis dibagi dalam bentuk klinis, yaitu: a) Plasenta Previa Totalis, yaitu menutupi seluruh ostium uteri internum pada pembukaan 4 cm. b) Plasenta Previa Sentralis, yaitu bila pusat plasenta bersamaan dengan kanalis servikalis. c) Plasenta Previa Partialis, yaitu menutupi sebagian ostium uteri internum. d) Plasenta Previa Marginalis, yaitu apabila tepi plasenta previa berada di sekitar pinggir ostium uteri internum.
Menurut Chalik (2002) klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir :
a. Plasenta Previa Totalis, yaitu plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum.
b. Plasenta Previa Partialis, yaitu plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum.
c. Plasenta Previa Marginalis, yaitu plasenta yang tepinya agak jauh letaknya dan menutupi sebagian ostium uteri internum.
Menurut De Snoo yang dikutip oleh Mochtar (1998), klasifikasi plasenta previa berdasarkan pada pembukaan 4 – 5 cm yaitu :
a. Plasenta Previa Sentralis, bila pembukaan 4 – 5 cm teraba plasenta menutupi seluruh ostium.
b. Plasenta Previa Lateralis, bila pada pembukaan 4 – 5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi 3 yaitu : plasenta previa lateralis posterior bila sebagian menutupi ostium bagian belakang, plasenta previa lateralis bila menutupi ostium bagian depan, dan plasenta previa marginalis sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang ditutupi plasenta.
Penentuan macamnya plasenta previa tergantung pada besarnya pembukaan, misalnya plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa parsialis pada pembukaan 8 cm, penentuan macamnya plasenta previa harus disertai dengan keterangan mengenai besarnya pembukaan (Wiknjosastro, 2002).
3. Etiologi
Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas. Menurut beberapa pendapat para ahli, penyebab plasenta previa yaitu :
a. Menurut Manuaba (1998), plasenta previa merupakan implantasi di segmen bawah rahim dapat disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi, endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasaan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi pada janin, dan vili korealis pada chorion leave yang persisten.
b. Menurut Mansjoer (2001), etiologi plasenta previa belum diketahui pasti tetapi meningkat pada grademultipara, primigravida tua, bekas section sesarea, bekas operasi, kelainan janin dan leiomioma uteri.
4. Faktor Risiko Plasenta Previa
a. Faktor predisposisi
           Menurut Manuaba (1998), faktor – faktor yang dapat meningkatkan kejadian plasenta previa adalah umur penderita antara lain pada umur muda < 20 tahun dan pada umur > 35 tahun, paritas yaitu pada multipara, endometrium yang cacat seperti : bekas operasi, bekas kuretage atau manual plasenta, perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip, dan pada keadaan malnutrisi karena plasenta previa mencari tempat implantasi yang lebih subur, serta bekas persalianan berulang dengan jarak kehamilan < 2 tahun dan kehamilan ≥ 2 tahun.
         Menurut Mochtar (1998), faktor – faktor predisposisi plasenta previa yaitu: 1) Umur dan paritas Pada paritas tinggi lebih sering dari paritas rendah, di Indonesia, plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil. Hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium masih belum matang. 2) Endometrium yang cacat Endometrium yang hipoplastis pada kawin dan hamil muda, endometrium bekas persalinan berulang – ulang dengan jarak yang pendek (< 2 tahun), bekas operasi, kuratage, dan manual plasenta, dan korpus luteum bereaksi lambat, karena endometrium belum siap menerima hasil konsepsi. 3) Hipoplasia endometrium : bila kawin dan hamil pada umur muda.
b. Faktor pendukung
        Menurut Sheiner yang dikutip oleh Amirah Umar Abdat (2010), etiologi plasenta previa sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa teori dan faktor risiko yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya : 1) Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan seperti : fibroid atau jaringan parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah Caesar atau aborsi). 2) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi. 3) Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium. Menurut Sastrawinata (2005), plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan yang luas, seperti pada eritroblastosis, diabetes mellitus, atau kehamilan multipel. Sebab – sebab terjadinya plasenta previa yaitu : beberapa kali menjalani seksio sesarea, bekas dilatasi dan kuretase, serta kehamilan ganda yang memerlukan perluasan plasenta untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin karena endometrium kurang subur (Manuaba, 2001).
c. Faktor pendorong Ibu merokok atau menggunakan kokain, karena bisa menyebabkan perubahan atau atrofi. Hipoksemia yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20 batang sehari) Sastrawinata,(2005).
5. Patofisiologi Plasenta Previa
         Menurut Chalik (2002), pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuknya dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang tumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya istmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada tapaknya. Demikian pula pada waktu servik mendatar dan membuka ada bagian tapak plasenta yang lepas. Pada tempat laserasi itu akn terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu ruang intervillus dari plasenta. Oleh sebab itu, perdarahan pada plasenta previa betapapun pasti akan terjadi oleh karena segmen bawah rahim senantiasa terbentuk Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal (Mansjoer, 2001).
6. Gambaran Klinik Plasenta Previa
       Perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri serta berulang, darah berwarna merah segar, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, tetapi perdarahan berikutnya hamper selalu lebih banyak dari sebelumnya, timbulnya penyulit pada ibu yaitu anemia sampai syok dan pada janin dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim, bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul dan atau disertai dengan kelainan letak oleh karena letak plasenta previa berada di bawah janin (Winkjosastro, 2002).
7. Diagnosa Plasenta Previa
      Menurut Mochtar (1998), diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa pemeriksaan sebagai berikut : a. Anamnesa plasenta previa, antara lain : terjadinya perdarahan pada kehamilan 28 minggu berlangsung tanpa nyeri , dapat berulang, tanpa alasan terutama pada multigravida. b. Pada inspeksi dijumpai, antara lain : perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal dan pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis. c. Pemeriksaan Fisik Ibu, antara lain dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok, kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma. Pada pemeriksaan dapat dijumpai tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas normal, tekanan darah turun, nadi dan pernafasan meningkat, dan daerah ujung menjadi dingin, serta tampak anemis. d. Pemeriksaan Khusus Kebidanan a. Pemeriksaan palpasi abdomen, antara lain : janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur hamil, karena letak plasenta di segmen bawah lahir, maka dapat dijumpai kelainan letak janin dalam rahim dan bagian terendah masih tinggi. b. Denyut jantung janin bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian dalam rahim. c. Pemeriksaan dalam, yaitu pemeriksaan dalam dilakukan di atas meja operasi dan siap untuk segera mengambil tindakan. Tujuan pemeriksaan dalam untuk menegakkan diagnosa pasti, mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan, hasil pemeriksaan dalam teraba plasenta sekitar ostium uteri internum.
8. Komplikasi Plasenta Previa
        Plasenta previa dapat menyebabkan resiko pada ibu dan janin. Menurut Manuaba (2001), adapun komplikasi-komplikasi yang terjadi yaitu : a. Komplikasi pada ibu, antara lain : perdarahan tambahan saat operasi menembus plasenta dengan inersio di depan., infeksi karena anemia, robekan implantasi plasenta di bagian belakang segmen bawah rahim, terjadinya ruptura uteri karena susunan jaringan rapuh dan sulit diketahui. b. Komplikasi pada janin, antara lain : prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi, mudah infeksi karena anemia disertai daya tahan rendah, asfiksia intrauterine sampai dengan kematian. Menurut Chalik (2002), ada tiga komplikasi yang bisa terjadi pada ibu dan janin antara lain : 1) Terbentuknya segmen bawah rahim secara bertahap terjadilah pelepasan tapak plasenta dari insersi sehingga terjadi lah perdarahan yang tidak dapat dicegah berulang kali, penderita anemia dan syok. 2) Plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim tipis sehingga dengan mudah jaringan trpoblas infasi menerobos ke dalam miometrium bahkan ke parametrium dan menjadi sebab dari kejadian placenta akreta dan mungkin inkerta. 3) Servik dan segmen bawah raim yangrapuh dan kaya akan pembuluh darah sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak menyebabkan mortalitas ibu dan perinatal.
9. Penatalaksanaan Plasenta Previa
           Menurut Saifuddin (2001) terdapat 2 macam terapi, yaitu :
    a. Terapi Ekspektatif
           Kalau janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar baginya kecil sekali. Ekspektatif tentu hanya dapat dibenarkan kalau keadaan ibu baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali. Syarat bagi terapi ini adalah keadaan ibu masih baik (Hb-normal) dan perdarahan tidak banyak, besarnya pembukaan, dan tingkat placenta previa.
    b. Terapi Aktif
        Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan, adapun caranya: a) Cara Vaginal Untuk mengadakan tekanan pada plasenta dan dengan demikian menutup pembuluh – pembuluh darah yang terbuka (tamponade plasenta). b) Cara Sectio caesarea Dengan maksud untuk mengosongkan rahim sehingga dapat mengadakan retraksi dan menghentikan perdarahan dan juga untuk mencegah terjadinya robekan cervik yang agak sering dengan usaha persalinan pervaginam pada placenta previa. Menurut Winkjosastro (2002) prinsip dasar penanganan placenta previa yaitu, setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus segera dikirim ke rumah sakit yang memiliki fasilitas transfusi darah dan operasi. Perdarahan yang terjadi pertama kali jarang sekali atau boleh dikatakan tidak pernah menyebabkan kematian, asal sebelumnya tidak diperiksa dalam. Biasanya masih terdapat cukup waktu untuk mengirimkan penderita ke rumah sakit, sebelum terjadi perdarahan berikutnya yang hampir selalu akan lebih banyak daripada sebelumnya, jangan sekali – kali melakukan pemeriksaan dalam keadaan siap operasi. Apabila dengan penilaian yang tenang dan jujur ternyata perdarahan yang telah berlangsung, atau yang akan berlangsung tidak akan membahayakan ibu dan janin (yang masih hidup) dan kehamilannya belum cukup 36 minggu, atau taksiran berat janin belum sampai 2500 gram, dan persalinan belum mulai, dapat dibenarkan untuk menunda persalinan sampai janindapat hidup di luar kandungan lebih baik lagi (Penanganan Pasif) sebaliknya, kalau perdarahan yang telah berlangsung atau yang akan berlangsung akan membahayakan ibu dan atau janinnya, kehamilannya telah cukup 36 minggu, atau taksiran berat janin telah mencapai 2500 gram, atau persalinan telah mulai, maka penanganan pasif harus ditinggalkan, dan ditempuh penanganan aktif. Dalam hal ini pemeriksaan dalam dilakukan di meja operasi dalam keadaan siap operasi (Winkjosastro, 2002).  Sumber

Rabu, 30 Oktober 2013

Menentukan Penyebab Nyeri Perut Berdasarkan Lokasi dan Sifat Nyeri

Posted by Admin On 01.34

Nyeri perut muncul dengan berbagai cara dan mempunyai banyak penyebab yang berbeda. Kita harus menentukan letaknya, radiasi, keparahan, karakter, frekuensi, durasi, faktor pemicu dan yang mengurangi gejala dan gejala lain yang berhubungan. Nyeri perut dapat dikenali [enyebabnya berdasarkan lokasi dan karakteristik nyeri yang timbul

Perut adalah organ yang berongga, jadi didalamnya terdapat bermacam-macam organ yang terletak pada posisinya masing-masing, pada perut sebelah kanan dibagian atas terdapat organ Hati, Kandung Empedu, Ginjal, Usus kecil dan Usus Besar, sedangkan pada sbelah kanan di bagian bawah terdapat Usus Besar, Usus Buntu / Appendix, Saluran kencing, dan khusus pada wanita terdapat Saluran Indung Telur.

Nyeri perut yang hebat dan mendadak kadang merupakan gejala yang sering membawa pasien datang ke unit gawat darurat dan merupakan keluhan utama yang paling sering ditemukan pada pasien dengan kasus pembedahan pada gangguan perut, Dalam kondisi tertentu dan jarang nyeri perut  yang menyebabkan  dapat menyebabkan komplikasi yang serius bahkan hingga kematian jika diagnosis dan terapi yang tepat terlambat diberikan.

Nyeri perut dapat berupa nyeri visceral maupun nyeri somatik, dan dapat berasal dari berbagai proses pada berbagai organ di rongga perut atau diluar rongga perut, misalnya dirongga dada. Para klinisi sebaiknya telah memahami patofisiologi dan tanda-tanda khas penyebab akut abdomen. Lokasi, karakteristik, derajat nyeri dan ada atau tidaknya gejala-gejala sistemik dapat membantu dalam membedakan penyebab-penyebab akut abdomen yang membutuhkan
pembedahan segera dengan kondisi medis biasa.


Sifat, derajat, dan lamanya nyeri akan sangat membantu dalam mencari penyebab utama akut abdomen. Nyeri superfisial, tajam dan menetap biasanya terjadi pada iritasi peritoneal akibat perporasi ulkus atau ruptur appendiks, ovarian abses atau kehamilan ektopik. Nyeri kolik terjadi akibat adanya kontraksi intermiten otot polos, seperti kolik ureter, dengan ciri khas adanya interval bebas nyeri. Tetapi istilah kolik bilier sebenarnya tidak sesuai dengan pengertian nyeri kolik karena kandung empedu dan ductus biliaris tidak memiliki gerakan peristalsis seperti pada usus atau ureter. Nyeri kolik biasanya dapat reda dengan analgetik biasa. Sedangkan nyeri strangulata akibat nyeri iskemia pada strangulasi usus atau trombosis vena mesenterik biasanya hanya sedikit mereda meskipun dengan analgetik narkotik. Faktor-faktor yang memicu atau meredakan nyeri penting untuk diketahui. Pada nyeri abdomen akibat peritonitis, terutama jika mengenai organ-organ pada abdomen bagian atas, nyeri dapat dipicu akibat gerakan atau nafas yang dalam
Penyebab Nyeri Perut

    Saluran Cerna: Nyeri abdomen nonspesifik, Appendicitis, Obstruksi usus halus dan kolon, Perforasi pada peptic ulser, Hernia inkarserata, Perforasi usus atau Diverticulitis
    Hati, Limpa dan empedu: Akut kolesistisis, Akut kholangitis, Abses hepar, Hepatitis akut, Limpa yang trauma atau rusak
    Pancreas: Akut pancreatitis
    Saluran Kemih: Kolik ginjal, kut pyelonefritis
    Ginekologi: Akut salpingitis, Kehamilan ektopik yang ruptur
    Pembuluh darah: Acute ischemic colitis, Mesenteric thrombosis
    Peritoneum: Abses intra abdominal, Peritonitis tuberkulosis
    Retroperitoneum: Perdarahan retroperitoneum

Lokasi nyeri perut dan asal embriologi nya

    Epigastrik (Perut Tengah Atas) : Foregut (lambung, duodenum, hati, pancreas, empedu)
    Periumbilikal (Perut Kanan Bawah) : Midgut ( usus halus dan usus besar termasuk apendiks)
    Suprapubik (Perut Bawah Tengah) : Hindgut ( rectum dan organ urogenital)

Lokasi Nyeri Perut Dan kemungkinan Penyebab

    Kanan bagian atas, kemungkinan yang mengalami gangguan adalah organ-organ yang terletak pada bagian kanan atas adalah Gangguan Hati, Radang pada kandung empedu akibat adanya batu, serta kadang-kadang bisa terjadi radang usus kecil.  Nyeri kantung empedu sifat nyeri hebat, tetap/konstan, nyeri kuadran kanan atas/ epigastrik dan sering memburuk setelah makan makanan yang berlemak (fatty foods). Tetapi kalau tempat nyeri berada agak ditengah dan rasa nyerinya sampai menembus kebelakang, kemungkinan gangguan Ginjal harus dicurigai. Kolik renal atau gangguan nyeri disebabkan gangguan ginjal: nyeri kolik pada sudut tertentu bagian ginjal, yang nyeri bila ditekan, menjalar ke panggul. Khasnya  pasien tidak dapat menemukan posisi yang dapat mengurangi nyeri. Namun pada kolik ginjal dapat juga terjadi di bagian sebelah kiri.  Iskemik usus atau usus yang rusak, nyeri bersifat tumpul, hebat, tetap/konstan, nyeri abdomen kuadran kanan atas yang meningkat saat makan.
    Kiri bagian atas, Kolik renal atau gangguan nyeri disebabkan gangguan ginjal: nyeri kolik pada sudut tertentu bagian ginjal, yang nyeri bila ditekan, menjalar ke panggul. Khasnya  pasien tidak dapat menemukan posisi yang dapat mengurangi nyeri. Namun pada kolik ginjal dapat juga terjadi di bagian sebelah kiri. Nyeri ulkus peptic nyeri bersifat tumpul, nyeri terbakar (burning) di epigastrium. Khasnya episode malam, membangunkan pasien dari tidur. Diperparah oleh makan dan kadang kadanga dikurangi dengan minum susu atau antasida.
    Kanan bawah, penyebab yang paling sering adalah radang dari usus buntu atau  Appendicitis, kemudian penyebab lain yang cukup sering adalah infeksi saluran kencing, atau pada wanita patut dicurigai adanya radang saluran indung telur, infeksi usus halus atau usus besar. Untuk membedakan antara usus buntu dengan infeksi saluran kencing yaitu :  Pada usus buntu gejala yang menyertai adalah demam, bisa juga disertai rasa mual sampai muntah dan kadang bisa juga disertai diare, biasanya nyeri yang timbul kuat sekali sampai si penderita selalu membungkukkan badannya karena menahan nyeri di bagian perut kanan bawah.  Sedangkan pada infeksi saluran kencing biasanya adalah sering kencing, rasa nyeri bila kencing, juga rasa perih pada waktu kencing, juga bisa disertai demam tinggi dan rasa mual muntah juga. Nyeri kolon tampilannya kadang kadang nyeri dapat berkurang sementara oleh defekasi atau flatus
    Nyeri Perut Bagian Tengah Atas Bila anda mendadak merasakan nyeri didaerah ulu hati disertai rasa mual dan rasa kembung, kemungkinan besar anda menderita Gastritis, dispepsia atau gangguan lain lam,bung.  Gastritis adalah sakit pada bagian lambung, jadi kurang lebih artinya sama saja. Arti Gastritis sebenarnya adalah terjadinya proses radang pada lambung.  Penyebab lain adalah nyeri pancreas, lokasi di sekitar epigastrium atau perut bagian tengah, menjalar ke punggung, membaik saat duduk dan posisi condong kedepan.  Obstruksi usus halus biasanaya nyeri kolik sentral yang berhubungan dengan muntah, distensi dan konstipasi
    Perut Bawah tengah Nyeri kandung kemih biasanya nyeri difus yang hebat di regio suprapubik. Nyeri prostat tampilannya nyeri tumpul yang dirasakan di lower abdomen, rectum, perineum atau paha anterior. Nyeri uretra sangat bervariasi mulai dari ketidaknyamanan hingga nyeri tajam yang hebat yang dirasakan pada ujung akhir uretra (ujung penis pada pria) dan semakin nyeri saat miksi. Bisa sangat parah sehingga pasien akan berusaha menahan kencingnya yang dapat menimbulkan masalah baru

Karakteristik Nyeri

Sifat, keparahan dan periodisitas sakit memberikan petunjuk berguna untuk penyebab yang mendasari . nyeri utama adalah yang paling umum.

    Nyeri alih Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari suatu daerah. Misalnya, diafragma yang berasal dari regio leher C3 – C5 pindah ke bawah pada masa embrional sehingga rangsangan pada diafragma oleh perdarahan atau peradangan akan dirasakan di bahu. Demikian juga pada kolesistitis akut, nyeri dirasakan di daerah ujung belikat. Abses dibawah diafragma ata rangsangan karena radang atau trauma pada permukaan atau limpa atau hati juga dapat mengakibatkan nyeri di bahu. Kolik ureter atau kolik pyelum ginjal, biasanya dirasakan sampai ke alat kelamin luar seperti labium mayus atau pada testis pada pria.
    Nyeri kontinyu Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietal akan dirasakan terus-menerus karena berlangsung terus, misalnya pada reaksi radang. Pada saat pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot dinding perut menunjukkan defans muskuler secara refleks untuk melindungi bagian yang meradang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat.
    Nyeri kolik Nyeri kolik merupakan nyeri yang hilang timbul  yang menunjukkan suatu obstruksi organ berongga (lumen), organ yang berdinding otot (usus, empedu, duktus biliaris, ureter) Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan biasanya disebabkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi usus, batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intraluminar). Nyeri ini timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran. Karena kontraksi ini berjeda, kolik dirasakan hilang timbul. Fase awal gangguan perdarahan dinding usus juga berupa kolik. Serangan kolik biasanya disertai perasaan mual, bahkan sampai muntah. Dalam serangan, penderita sangat gelisah, kadang sampai berguling-guling di tempat tidur atau di jalan. Yang khas ialah trias kolik yang terdiri atas serangan nyeri yang kumat-kumatan disertai mual dan muntah dan gerak paksa.
    Nyeri iskemik Nyeri perut dapat juga berupa nyeri iskemik yang sangat hebat, menetap, dan tidak menyurut. Nyeri ini merupakan tanda adanya jaringan yang terancam nekrosis. Lebih lanjut akan tampak tanda intoksikasi umum, seperti takikardia, keadaan umum yang memburuk, dan syok karena resorbsi toksin dari jaringan nekrosis.
    Nyeri pindah  Kadang nyeri berubah sesuai perkembangan patologi. Misalnya pada tahap awal appendisitis, sebelum radang mencapai permukaan peritoneum, nyeri viseral dirasakan sekitar pusat disertai rasa mual karena appendiks termasuk usus tengah. Setelah radang terjadi di seluruh dinding termasuk peritoneum viseral, terjadi nyeri akibat rangsangan peritoneum yang merupakan nyeri somatik. Pada saat ini, nyeri dirasakan tepat pada letak peritoneum yang meradang, yaitu diperut kanan bawah. Jika appendiks kemudian mengalami nekrosis dan gangren, nyeri berubah lagi menjadi nyeri iskemik yang hebat, menetap dan tidak menyurut, kemudian penderita dapat jatuh dalam keadaan toksis. Pada perporasi tukak peptik duodenum, isi duodenum yang terdiri atas cairan asam garam dan empedu masuk rongga abdomen yang sangat merangsang peritoneum setempat. Pasien merasakan sangat nyeri di tempat rangsangan itu, yaitu diperut bagian atas. Setelah beberapa waktu, isi cairan lambung mengalir ke kanan bawah, melalui jalandisebelah lateral kolon asendens sampai ke tempat kedua, yaitu rongga perut kanan bawah, sekitar sekum. Nyeri itu kurang tajam dan kurang hebat dibandingkan nyeri pertama karena terjadi pengenceran. Pasien sering mengeluh bahwa nyeri yang mulai di ulu hati pindah ke kanan bawah. Proses ini berbeda sekali dengan proses nyeri pada appendisitis akut. Akan tetapi kedua keadaan ini, appendisitis akut maupun perporasi lambung atau duodenum, akan mengakibatkan peritonitis purulenta umum jika tidak segera ditanggulangi dengan tindakan bedah
    Nyeri disertai rasa panas biasanya mengindikasikan karena pengaruh asam dan berhubungan dengan lambung, duodenum atau bagian  esofagus bawah
    Nyeri tajam konstan dangkal karena iritasi peritoneal adalah khas ulkus perforasi atau usus buntu yang pecah, kista ovarium, atau kehamilan ektopik.
    Rasa sakit, mencengkeram pemasangan obstruksi usus kecil (dan kadang-kadang pankreatitis awal) biasanya terputus-putus, tidak jelas, mendalam, dan puncaknya pada awalnya, tetapi segera menjadi lebih tajam, tak henti-hentinya, dan lebih baik lokal. Tidak seperti sakit menggelisahkan tapi lumayan berhubungan dengan obstruksi usus, nyeri yang disebabkan oleh lesi occluding saluran yang lebih kecil (saluran empedu, tabung rahim, dan ureter) cepat menjadi gangguan yang tidak tertahankan.
    Kolik jika ada interval bebas nyeri yang mencerminkan kontraksi intermiten otot polos, seperti pada kolik uretra. Dalam arti sempit, yang kolik istilah “empedu” adalah keliru karena sakit empedu tidak mengampuni. Alasannya adalah bahwa kantong empedu dan saluran empedu, kontras dengan ureter dan usus, tidak memiliki gerakan peristaltik. Kolik biasanya segera diatasi dengan analgesik. nyeri iskemik karena usus terjepit atau trombosis mesenterika hanya sedikit diredakan bahkan oleh narkotika.
    Nyeri disebabkan oleh peritonitis lokal, terutama bila mempengaruhi organ-organ perut bagian atas, cenderung diperburuk oleh gerakan atau bernapas dalam-dalam.

Kondisi Yang  berhubungan dengan nyeri abdomen

    Anorexia, nausea dan muntah, konstipasi atau diare sering menyertai nyeri abdomen, tetapi bukan merupakan gejala yang spesifik sehingga tidak memiliki nilai diagnostic yang tinggi
    Muntah Saat distimulasi oleh serat aferen visceral sekunder, the medullary vomiting centers mengaktivasi serat eferen yang menginduksi reflex muntah. Oleh karena itu, nyeri abdomen akut (acute surgical abdomen) biasanya terdapat muntah yang juga berlaku sebaliknya .
    KONSTIPASI Reflex ileus sering diinduksi oleh serat aferen visceral yang merangsang serat eferen saraf simpatis(splanchnic nerves) untuk menurunkan peristaltic usus. Konstipasi merupakan indicator absolute obstruksi usus. Namun obstipasi (tidak adanya pasase feses dan flatus) diperkirakan kuat sebagai obstruksi usus mekanik jika ada distensi abdomen dengan nyeri yang progresif atau muntah yang berulang.
    DIARE Watery diare yang banyak merupakan karakterisktik dari gastroenteritis dan penyebab lain akut abdomen. Diare berdarah diperkirakan colitis ulseratif, crohn disease, basilar atau disentri amuba.

Hal Penting yang Berkaitan

    Riwayat gynekologis Riwayat menstruasi cukup penting untuk mendukung diagnose kehamilan ektopik, mittelschmer ( rupture folikel ovarium) dan endometriosis. Riwayat vaginal discharge atau dismenorea menunjukkan pelvic inflammatory disease.
    Riwayat obat-obatan Antikoagulan terlibat dalam hematoma retroperitoneal dan intramural duodenum dan jejunum, kontrasepsi oral dalam pembentukkan benign hepatic adenoma dan infark vena mesenterium. Kortikosteroid dapat menutupi gejala klinis bahkan peritonitis lanjut.
    Riwayat perjalanan Dapat meningkatkan resiko abses hati amoeba atau hydatid cyst, malarial spleen, tuberculosis, salmonella typhi infeksi pada area ileosaecal atau disentri
    Riwayat operasi Riwayat operasi sebelumnya pada abdomen, vascular, thorak atau groin mungkin berhubungan dengan penyakitnya sekarang.

Gambaran diatas untuk membantu mengenali apabila ada gangguan disekitar daerah tersebut, untuk memastikannya masih memerlukan pemeriksaan lain yang lebih teliti dan sebaiknya berkonsultasi dengan dokter anda.Sumber

Minggu, 20 Oktober 2013

Kasus Aids Didominasi Usia Produktif

Posted by Admin On 06.28

Sampai dengan 30 September 2010, secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak  22.726 kasus tersebar di 32 provinsi. Kasus tertinggi didominasi usia produktif yaitu usia 20-29 tahun (47,8%), diikuti kelompok umur 30-39 tahun (30,9%), dan kelompok umur 40-49 (9,1%). Dari jumlah iu, 4.250 kasus atau 18,7% diantaranya meninggal dunia. Sementara kasus terbanyak dilaporkan dari Provinsi DKI Jakarta, diikuti Jawa Barat, Jawa Timur, Papua, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Riau.

Aids Animasi




Cara penularan terbanyak adalah melalui hubungan heteroseksual (51,3%), Injection Drug User atau pengguna Narkoba suntik/Penasun (39,6%), Lelaki Seks Lelaki (3,1%), dan perinatal atau dari ibu pengidap kepada bayinya (2,6%).

Aids

Penambahan kasus AIDS pada periode triwulan ketiga (Juli-September) tahun 2010 sebanyak 956 kasus yang dilaporkan dari 48 kabupaten/kota di 13 Provinsi (NAD, Bengkulu, Kepri, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Banten, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Papua).

Hal itu disampaikan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditma, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI tentang situasi perkembangan HIV&AIDS di Indonesia triwulan ketiga sampai dengan 30 September  2010.

Menurut Dirjen P2PL, rate kumulatif kasus AIDS Nasional sampai dengan 30 September 2010 adalah  9,85 per 100.000 penduduk (berdasarkan data BPS 2009, jumlah penduduk Indonesia 230.632.700 jiwa). Rate kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan dari Provinsi Papua (14,2 kali angka nasional), Bali (5,0 kali angka nasional), DKI Jakarta (3,4 kali angka nasional), Kalimantan Barat (2,4 kali angka nasional), Kep. Riau (2,5 kali angka nasional), Maluku (1,5 kali angka nasional), DI Yogyakarta (1,4 kali angka nasional), Bangka Belitung (1,2 kali angka nasional), Papua Barat, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Barat (1,0 kali angka nasional).

Proporsi infeksi oportunistik yang terbanyak adalah TBC (11.513 kasus), diare kronis (6.567 kasus), Kandidiasis oro-faringenal (6.605 kasus), Dermatitis generalisata (1.676 kasus), dan Limfadenopati generalisata persisten (778 kasus).

Untuk kasus HIV positif kumulatif sampai dengan 30 September 2010 sebanyak 50.352 dengan positive rate rata-rata 10,8%. Sedangkan jumlah kasus baru pada triwulan ketiga 2010 sebanyak 4.173 kasus. Daerah yang paling banyak terjadi kasus HIV positif adalah DKI Jakarta (12.814), Jawa Timur (6.430), Jawa Barat (4.001), Sumatera Utara (3.573), dan Kalimantan Barat (2.536).

Ditambahkan Dirjen P2PL, HIV/AIDS sampai saat ini belum ada obat yang ampuh dan vaksin  untuk mcegahnya. Satu-satunya obat yang ada adalah (ARV=Anti Retroviral Virus) berfungsi  untuk menekan perkembangan virus.

Salah satu upaya yang dilakukan Kemenkes adalah perawatan penderita HIV sejak tahun 2005. Jumlah ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) sampai 30 September 2010 sebanyak 18.982 orang yang masih menerima ARV (60,3% dari yang pernah menerima ARV). Jumlah ODHA yang masih dalam pengobatan ARV tertinggi berasal dari DKI Jakarta (6.946), Jawa Barat (1.418), Jawa Timur (1.138), Bali (835), Papua (724), Jawa Tengah (562), Sumatera Utara (543), Kalimantan Barat (380), Kepulauan Riau (420), dan Sulawesi Selatan (347). Kematian ODHA menurun dari 46% pada tahun 2006 menjadi 18% pada tahun 2009.

Dalam rangka memperingati HAS 2010 dengan tema “ Akses Universal dan Hak Azasi Manusia, Kementerian Kesehatan RI telah melakukan serangkaian kegiatan. Pada bulan Juli sampai November melakukan sosialisasi HIV dan AIDS melalui kesenian tradisional dan distribusi materi KIE (komunikasi, informasi dan edukasi).

Juli 2010 melakukan pelatihan konselor Adiksi bagi petugas kesehatan, Agustus 2010 pelatihan konseling-testing HIV, laboratorium & RR VCT dan pertemuan laporan analisis kohort pengobatan ARV. Agustus-September 2010 permodelan matematika HIV di Indonesia.

Pada Agustus-November 2010 melaksanakan surveilans terpadu biologis dan perilaku 2010. September –November 2010 pelatihan untuk pelatih (TOT) penatalaksanaan infeksi menular seksual dan kongres nasional ikatan praktisi intervensi perubahan perilaku.

Oktober 2010 pelatihan penatalaksanaan infkesi menular seksual, pelatihan PMTCT, pelatihan PITC, pelatihan metadon bagi petugas kesehatan, dan pelatihan konseling adiksi bagi layanan rumatan. November 2010 pelaksanaan monitoring survey HIV drug resistance dan threshold survey HIV drug resistance. Juli-Desember 2010 pelaksanaan early warning indicators HIV drug resistance.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-500567, 30413700, atau alamat e-mailpuskom.publik@yahoo.co.id,info@depkes.go.id,kontak@depkes.go.id.  Sumber

Sabtu, 19 Oktober 2013

Askep Pemenuhan Kebutuhan Keamanan

Posted by Admin On 21.31

A. Pengkajian
Beberapa hal yang perlu dikaji oleh perawat dalam hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan antara lain:
1.  Faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem sensori komunikasi  pasien seperti adanya perubahan perilaku pasien karena gangguan sensori komunikasi :
ü   Halusinasi
ü   Gangguan proses pikir
ü   Kelesuan
ü   Ilusi
ü   Kebosanan dan tidak bergairah
ü   Perasaan terasing
ü   Kurangnya konsentrasi
ü   Kurangnya koordinasi dan keseimbangan
2.  Faktor risiko yang berhubungan dengan keadaan klien :
ü   Kesadaran menurun
ü   Kelemahan fisik
ü   Imobilisasi
ü   Penggunaan alat bantu

          B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan antara lain :
1.      Risiko infeksi
2.      Risiko injuri
3.      Risiko jatuh
4.      Risiko aspirasi
5.      Nyeri akut
6.      Ketidakefektifan proteksi
7.      Gangguan rasa nyaman

          C. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1.      Risiko infeksi
Definisi : peningkatan risiko invasi oleh organisme patogen
NOC :
Klien dapat  mengetahui cara mengontrol infeksi dengan indikator :
ü  Mendeskripsikan model transmisi
ü  Mendeskripsikan faktor yang berkontribusi terhadap transmisi
ü  Mendeskripsikan praktek yang dapat menurunkan transmisi
ü  Mendeskripsikan tanda & gejala infeksi
ü  Mendeskripsikan prosedur skreening
ü  Mendeskripsikan monitoring prosedur
ü  Mendeskripsikan aktivitas yang meningkatkan resisten terhadap infeksi
ü  Mendeskripsikan treatment untuk diagnosa infeksi
ü  Mendeskripsikan follow up untuk diagnosa infeksi
NIC: Kontrol infeksi
Aktivitas :
ü  Batasi jumlah pengunjung
ü  Gunakan universal precaution
ü  Ajarkan kepada klien dan keluarganya mengenai tanda & gejala infeksi
ü  Tingkatkan istirahat
ü  Administrasi pemberian antibiotik
ü  Gunakan teknik perawatan luka yang sesuai
ü  Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat klien
ü  Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan
ü  Ganti peralatan perawatan pasien per agency protokol


2.      Risiko injuri
Definisi : risiko injuri sebagai hasil interaksi antara kondisi lingkungan dengan mekanisme adaptasi dan pertahanan diri individu
NOC :
Klien dapat  mengetahui keamanan personal dengan indikator :
ü  Mendeskripsikan cara-cara menurunkan risiko kecelakaan / injuri
ü  Mendeskripsikan cara mencegah keracunan
ü  Mendeskripsikan cara mencegah kebakaran
ü  Mendeskripsikan prosedur kegawatdaruratan
ü  Mendeskripsikan perilaku berisiko tinggi        
NIC : Manajemen lingkungan yang aman
Aktivitas :
ü  Identifikasi kebutuhan keamanan pasien berdasarkan tingkat fungsi kognitif dan fisik dan perilaku sebelumnya
ü  Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan risiko
ü  Gunakan alat-alat perlindungan untuk mengatasi keterbatasan fisik dalam mobilisasi atau akses pada situasi yang berbahaya
ü  Sediakan nomor telepon penting untuk situasi gawat darurat
3.      Risiko jatuh
Definisi : peningkatan susceptibiliti untuk jatuh yang dapat membahayakan fisik
NOC :
Klien dapat  menunjukkan perilaku yang aman untuk mencegah jatuh dengan indikator :
ü  Menggunakan alat bantu dengan benar
ü  Menempatkan penghalang untuk mencegah jatuh
ü  Menggunakan prosedur berpindah yang aman
ü  Mengkompensasi keterbatasan fisik
ü  Menggunakan restrain jika diperlukan
NIC : Pencegahan jatuh
Aktivitas :
ü  Identifikasi keterbatasan fisik dan kognitif pasien yang dapat meningkatkan potensi jatuh
ü  Identifikasi karakteristik lingkungan yang meningkatkan potensi jatuh
ü  Sediakan alat bantu seperti walker
ü  Ajarkan pasien meminimalkan injuri ketika jatuh
ü  Gunakan restrain fisik untuk membatasi pergerakan yang dapat membahayakan klien
ü  Gunakan side rail pada bagian kiri dan kanan untuk mencegah jatuh dari tempat tidur
ü  Sediakan pencahayaan yang adekuat untuk meningkatkan penglihatan

DAFTAR PUSTAKA.
Delaune, S.C and Ladnef, P.K. 2011. Fundamentals of Nursing Standar and practice 4th Edition. USA: Delmar.
Ellis, Janice, Elizabeth A. Noulis. 1994. Nursing Human Need Approach 5th Edition. Philadelphia: J.B. Lippincott Company.
Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2000. Nursing Outcome Classificatin (NOC). Missori: Mosby Inc.
Mc Closkey, J., Bulechek,G. 2000. Nursing Intervention Classification (NIC). Missori: Mosby Inc.
Nanda. 2009-2011. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
North American Nursing Diagnosis Association. 2001. Nursing Diagnoses : Definition & Classification 2001-2002. Philadelphia.
Taylor C., Lilis C., Le Mone P. 1997. Fundamentals of Nursing: The Art and Science of Nursing Care. Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers.